Friday, July 21, 2006

Effects of Earthquake, Tsunami, and Flood

Beberapa tahun belakangan ini, Indonesia sering dilanda bencana alam. Negeri yang sudah kacau-balau dan tidak terbengkalai semakin porak-poranda. Apakah semua itu adalah teguran dari Sang Pencipta untuk mengingatkan kita semua, bahwa perbuatan kita terhadap alam sudah diluar batas kewajaran atau memang sudah semestinya harus terjadi? Apakah dari kejadian ini ada banyak pihak yang diuntungkan? Beberapa, mungkin. Kita semua tahu bahwa ada beberapa oknum yang tidak bertanggungjawab dan mengambil keuntungan dari musibah yang dialami oleh saudara kita.

Menurut pandangan aku pribadi, ada 3 klasifikasi kelompok yang sangat jelas diatas permukaan atas musibah atau bencana alam yang telah terjadi:

1. Yang rakus semakin rakus.
Golongan yang sangat "unik" ini adalah kaum birokrasi dimana hampir semua sumbangan harus melaluinya. Dalam keadaan darurat, dimana orang sangat-sangat membutuhkan bantuan, kenapa sumbangan yang ada selalu datang terlambat kepada yang membutuhkan? Apakah itu suatu ketidak cekatan dan tanggap dari tangan-tangan birokrasi Negeri kita? Ataukah ada hal lain yang tidak bisa dijelaskan, baik itu secara lisan maupun tulisan? Hanya mereka yang tahu! Dari beberapa kejadian, alasan yang sering terungkap adalah proses pendataan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Dalam keadaan masyarakat panik dan ketakutan, mereka masih saja merumitkan dengan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu.

2. Yang malas semakin malas.
Dalam golongan ini terdapat dua kelompok. Kelompok A dan B. Kelompok A adalah orang-orang yang sebelum musibah memang dasarnya sudah malas untuk mencari nafkah. Musibah yang terjadi bisa dibilang sebuah waktu yang tepat untuk mengais sesuap nasi tanpa keringat. Kurang inisiatif untuk bangkit membangun daerah sendiri yang telah rusak. Makanan gratis telah tersedia di depan mata. Kelompok B adalah kaum yang sebenarnya tidak terkena musibah atau berasal dari daerah lain, tetapi mengaku terkena musibah. Julukan in tidak jauh dari penadah sumbangan gratisan.

3. Yang menderita semakin menderita.
Ini adalah golongan manusia Indonesia yang utuh dan sebenarnya. Mayoritas penduduk yang terkena musibah adalah golongan masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hidup sudah dalam kemiskinan makin bertambah parah saja. Belum sempat atau selesai membangun diri, bencana datang menghantam. Alangkah prihatin dan sedihnya hidup mereka. Terlihat jelas bahwa sebenarnya mereka kurang begitu antusias berada di tempat penampungan, meskipun dengan layanan makanan serba gratis. Mereka lebih bahagia tinggal di "istana" nan mungil yang mungkin hanya berdinding daun rumbia dan beralaskan tanah namun nyaman dan beraktivitas di ladang seperti biasanya. Simple people - Real people.

Aku bukanlah manusia bijaksana dan tidak luput dari kesalahan. Ini hanya sebuah tulisan tidak berarti yang tidak akan berdampak dalam hal apapun. Apabila aku salah dalam menilai, itu bukanlah suatu kekhilafan, karena apabila sering berbuat kehikalafan adalah suatu ketidakberesan. I totally know that there is no truth without evidence, but sometimes it is an unconditional guarantee to speak up about something.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home